Kamis, 14 April 2016

CARA MENGHADAPI DILEMA DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN (EPS.4 MINGGU KE-2)

DILEMA?
Dilema adalah perasaan bingung mau memiliha antara yang ini atau yang ini(terbaik dari yang terbaik). Jika kita tidak cepat-cepat memutuskan untuk memilih perasaan dilemma akan berlarut-larut. Dan pastinya setiap orang pasti pernah mengalami Dilema disaat mengambil keputusan.

Contohnya saya, sesudah saya tamat Sekolah SMA saya bingung mau mengambil jurusan apa dan kuliah dimana. Kata orang tua saya di STTPLN, POLMAN ASTRA,UPN, UNIBRAW disinilah dan dimana saja yang pastinya bagus menurut orang tua saya tapi dulu saya juga bingung mau dimana dan mau ngambil jurusan apa setelah dapat Universitasnya. Setiap hari saya selalu berdebat dengan kedua orang tua saya, karena orang tua saya meminta saya kuliah di univ yang berkedinasan seperti STAN tapi saya tidak mau karena saya bodoh hitung2annya dan saya juga kurang ngerti tentang akutansi, pajak dan lainnya. Akhirnya saya tertarik dengan computer karena suka main game suka aplikasi yang membuat desain gambar dan lainnya. Dan hari itu juga saya searching jurusan yang pas buat saya, setelah itu saya cari banyak sekali jurusan yang mengambil atau tentang computer. Contohnya system computer, teknik informatika, system informasi, teknik computer dan masih banyak lagi. Saya berfikiran kalo teknik computer saya belom terbiasa dengan ngerakhit computer karena saya dulunya jarang sekali ngutak ngatik computer. Teknik Informatika menurut saya, saya juga belom pernah membuat aplikasi dan akhirnya saya mengambil jurusan TI. Dan setelah itu saya mencari Univ yang memiliki jurusan Teknik Informatika dan saya menemukannya ada Univ GUNADARMA, UNINDRA, IPB, STTPLN. Setelah saya cari Informasi dari Universitas tersebut Orang tua saya memberi saya saran untuk masuk Univ GUNADARMA karena memiliki Akreditasi A untuk jurusan Teknik Informatika. Akhirnya saya masuk Gunadarma dan Masuk kelas 1IA15.

Itulah cerita Dilema saya sebelum masuk di UNIVERSITAS GUNADARMA. Mana Cerita Dilemamu?

MANUSIA DAN PENDERITAAN (EPS.3 MINGGU KE-2)

PENGERTIAN PENDERITAAN
Penderitaan adalah menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan bisa bersifat lahir dan batin. Setiap manusia pasti memiliki penderitaan atau bisa juga dianggap masalah yang berbeda-beda. Manusia menderita karena memiliki banyak masalah dan depresi karena suatu tekanan. Penderitaan yang besar maupun yang kecil terkadang memberikan manfaat atau hikmah kepada manusia. Tapi di dalam agama, penderitaan itu adalah teguran.
Penderitaan bisa juga di sebabkan oleh siksaan dari orang lain baik fisik maupun luar fisik. Didalam hidup ini terkadang siksaan bisa digunakan untuk suatu cara interogasi untuk mendapatkan pengakuan.

CONTOH PENDERITAAN MANUSIA :
HABIS PENGGUSURAN TERBITLAH MANUSIA PERAHU

(SELASA,12 APRIL 2016) Sore itu, tawa riang anak-anak bau kencur terdengar riuh tatkala mereka menghabiskan waktu luangnya di dekat reruntuhan Kampung Akuarium Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara. Ada yang berjalan-jalan di atas tanggul rob, ada pula yang mengumpulkan besi bekas di antara puing-puing bangunan. Beberapa dari mereka terlihat masih mengenakan seragam sekolah.
Para bocah tak berdosa itu tak lain adalah putra-putri korban penggusuran yang rumahnya habis diluluhlantakkan oleh mesin-mesin alat berat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Senin (11/4) lalu. Tak jauh dari keriuhan tawa lugu anak-anak itu, belasan perahu nelayan tampak bersandar di sebuah dermaga kecil yang berada di bibir Kampung Luar Batang. Di atas perahu-perahu kayu nan lusuh itu, berjejal sejumlah peralatan rumah tangga. Mulai dari kasur, ember, lemari, galon air, hingga kulkas.
Barang-barang itu adalah milik para warga Kampung Akuarium Pasar Ikan yang kehilangan tempat bernaungnya sejak penggusuran. Mereka terpaksa mengungsi ke perahu-perahu nelayan itu untuk menyambung hidup yang kian tak menentu arahnya. "Di atas perahu yang kami huni sekarang ada dua keluarga yang menempati. Total semuanya ada delapan orang," ujar seorang korban penggusuran Pasar Ikan, Naisah (29), saat ditemui Republika, Rabu (13/4).
Naisah sebelumnya adalah penghuni sebuah rumah di RT 01 RW 04 Pasar Ikan. Rumah tersebut dibeli orang tuanya sejak 2002 lalu dengan status kepemilikan lahan berupa girik. Tapi apa lacur, huniannya itu kini sudah diratakan dengan tanah oleh Pemprov DKI Jakarta, lantaran dicap sebagai bangunan ilegal. Tak ada ganti rugi yang ia terima dari pemerintah.

Sejak penggusuran tersebut, derita hidup Naisah kian berat. Apalagi, sekarang ini ia tengah hamil tujuh bulan. Di tengah keadaan yang amat sulit itu, ia mesti berjuang keras mencari uang sambil menjaga janin di dalam kandungannya tetap sehat. Selama dua hari terakhir, perempuan yang memiliki profesi sebagai karyawati swasta itu harus keluar dari perahu setiap pagi buta untuk berangkat ke tempat kerjanya yang berada di Jakarta Barat. Sore harinya, sepulang kerja, ia kembali masuk ke perahu buat beristirahat.
Kondisi semacam itu jelas tidak baik bagi Naisah dan janinnya. "Tapi apa boleh buat, Mas. Kami yang rakyat kecil ini bisa apa? Siapa yang peduli?" ujarnya lirih.
Pengungsi lainnya, Supinah (52) menuturkan, beban hidupnya terasa kian berat setelah rumah yang ia huni di RT 01 RW 04 Pasar Ikan dibabat habis oleh aparat Pemprov DKI Jakarta. Kini, ia dan suaminya, Ahmad Jamal (63), harus menjalani kehidupan layaknya 'manusia perahu'. "Makan, mandi, mencuci, memasak, hingga buang air besar semuanya kami lakukan di atas perahu," ucap Supinah.
Nasib Jumiati (30) lebih bikin miris lagi. Korban penggusuran Pasar Ikan yang kini juga mengungsi ke perahu nelayan itu mengaku tidak mampu memasak makanan lantaran tak punya uang buat membeli bahan pangan. Untuk mengganjal perutnya selama dua hari belakangan ini, perempuan itu hanya mengandalkan nasi bungkus pemberian para donatur yang datang ke Luar Batang.
Kekhawatiran Jumiati bukan menyangkut urusan perut saja. Dua anaknya yang masih berstatus murid SDN 02 Petang Penjaringan kini juga ikut merasakan penderitaan yang semestinya tidak boleh dialami oleh bocah-bocah seusia mereka. "Anak-anak saya sekarang masih tetap pergi sekolah. Tapi tidur malam mereka nggak nyaman lagi karena di perahu ini banyak nyamuk," ungkapnya.
Di perahu yang ditempati Jumiati, ada tiga kepala keluarga yang mengungsi. Mereka tak tahu lagi ke mana harus mengadu. Sebab, masa depan mereka kini telah dibunuh oleh kebijakan penggusuran yang dilakukan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. "Biarlah Tuhan yang membalas kezaliman penguasa ini," ujar Jumiati.

ANALISIS
Seharusnya pemerintah provinsi DKI Jakarta merundingkan terlebih dahulu kepada para nelayan untuk melakukan penggusuran agar tidak merugikan siapapun dan yang lebih harusnya Pemprov DKI Jakarta mencari bukti terlebih dahulu kalau ternyata bangunan atau rumah-rumah para nelayan itu adalah bangunan illegal. Pastinya ada penghuni yang memiliki status kepemilikan karena rumah (bangunan) tersebut sudah dibelinya sejak dulu, nah dari situ pemerintah seharusnya bertindak secara adil dan tidak semena mena terhadap para pemilik rumah yang memiliki status kepemelikan dan seharusnya pemerintah memberikan ganti rugi terhadap para nelayan yang rumahnya di gusur.
Apabila Pemprov DKI Jakarta tidak bertindak secara paksa menggusur bangunan itu pasti para Nelayan dan keluarga-keluarga lain tidak akan tinggal di perahu dan bisa tinggal di tempat yang lebih layak. Seperti membuat rumah susun untuk para nelayan yang rumahnya di gusur.
JANGAN PERNAH MEMBUAT ORANG LAIN SUSAH DEMI MEMBUAT SESUATU YANG LEBIH BAGUS DAN JANGAN LAH MENGANGGAP ORANG KECIL PANTAS DI KASIH SESUATU YANG KECIL.