PENGERTIAN PENDERITAAN
Penderitaan
adalah menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan
bisa bersifat lahir dan batin. Setiap manusia pasti memiliki penderitaan atau
bisa juga dianggap masalah yang berbeda-beda. Manusia menderita karena memiliki
banyak masalah dan depresi karena suatu tekanan. Penderitaan yang besar maupun
yang kecil terkadang memberikan manfaat atau hikmah kepada manusia. Tapi di
dalam agama, penderitaan itu adalah teguran.
Penderitaan
bisa juga di sebabkan oleh siksaan dari orang lain baik fisik maupun luar
fisik. Didalam hidup ini terkadang siksaan bisa digunakan untuk suatu cara
interogasi untuk mendapatkan pengakuan.
CONTOH PENDERITAAN MANUSIA :
HABIS PENGGUSURAN TERBITLAH MANUSIA
PERAHU
(SELASA,12 APRIL 2016) Sore
itu, tawa riang anak-anak bau kencur terdengar riuh tatkala mereka menghabiskan
waktu luangnya di dekat reruntuhan Kampung Akuarium Pasar Ikan, Penjaringan,
Jakarta Utara. Ada yang berjalan-jalan di atas tanggul rob, ada pula yang
mengumpulkan besi bekas di antara puing-puing bangunan. Beberapa dari mereka
terlihat masih mengenakan seragam sekolah.
Para bocah tak berdosa itu tak lain adalah
putra-putri korban penggusuran yang rumahnya habis diluluhlantakkan oleh
mesin-mesin alat berat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Senin (11/4) lalu. Tak
jauh dari keriuhan tawa lugu anak-anak itu, belasan perahu nelayan tampak
bersandar di sebuah dermaga kecil yang berada di bibir Kampung Luar Batang. Di
atas perahu-perahu kayu nan lusuh itu, berjejal sejumlah peralatan rumah
tangga. Mulai dari kasur, ember, lemari, galon air, hingga kulkas.
Barang-barang itu adalah milik para warga Kampung
Akuarium Pasar Ikan yang kehilangan tempat bernaungnya sejak penggusuran.
Mereka terpaksa mengungsi ke perahu-perahu nelayan itu untuk menyambung hidup
yang kian tak menentu arahnya. "Di atas perahu yang kami huni sekarang ada
dua keluarga yang menempati. Total semuanya ada delapan orang," ujar
seorang korban penggusuran Pasar Ikan, Naisah (29), saat ditemui Republika, Rabu (13/4).
Naisah sebelumnya adalah penghuni sebuah rumah di
RT 01 RW 04 Pasar Ikan. Rumah tersebut dibeli orang tuanya sejak 2002 lalu
dengan status kepemilikan lahan berupa girik. Tapi apa lacur, huniannya itu
kini sudah diratakan dengan tanah oleh Pemprov DKI Jakarta, lantaran dicap
sebagai bangunan ilegal. Tak ada ganti rugi yang ia terima dari pemerintah.
Sejak penggusuran tersebut, derita hidup Naisah
kian berat. Apalagi, sekarang ini ia tengah hamil tujuh bulan. Di tengah
keadaan yang amat sulit itu, ia mesti berjuang keras mencari uang sambil
menjaga janin di dalam kandungannya tetap sehat. Selama dua hari terakhir,
perempuan yang memiliki profesi sebagai karyawati swasta itu harus keluar dari
perahu setiap pagi buta untuk berangkat ke tempat kerjanya yang berada di
Jakarta Barat. Sore harinya, sepulang kerja, ia kembali masuk ke perahu buat
beristirahat.
Kondisi semacam itu jelas tidak baik bagi Naisah
dan janinnya. "Tapi apa boleh buat, Mas. Kami yang rakyat kecil ini bisa
apa? Siapa yang peduli?" ujarnya lirih.
Pengungsi lainnya, Supinah (52) menuturkan, beban
hidupnya terasa kian berat setelah rumah yang ia huni di RT 01 RW 04 Pasar Ikan
dibabat habis oleh aparat Pemprov DKI Jakarta. Kini, ia dan suaminya, Ahmad
Jamal (63), harus menjalani kehidupan layaknya 'manusia perahu'. "Makan,
mandi, mencuci, memasak, hingga buang air besar semuanya kami lakukan di atas
perahu," ucap Supinah.
Nasib Jumiati (30) lebih bikin miris lagi. Korban
penggusuran Pasar Ikan yang kini juga mengungsi ke perahu nelayan itu mengaku
tidak mampu memasak makanan lantaran tak punya uang buat membeli bahan pangan.
Untuk mengganjal perutnya selama dua hari belakangan ini, perempuan itu hanya
mengandalkan nasi bungkus pemberian para donatur yang datang ke Luar Batang.
Kekhawatiran Jumiati bukan menyangkut urusan perut
saja. Dua anaknya yang masih berstatus murid SDN 02 Petang Penjaringan kini
juga ikut merasakan penderitaan yang semestinya tidak boleh dialami oleh
bocah-bocah seusia mereka. "Anak-anak saya sekarang masih tetap pergi sekolah.
Tapi tidur malam mereka nggak nyaman lagi karena di perahu ini banyak
nyamuk," ungkapnya.
Di perahu yang ditempati Jumiati, ada tiga kepala
keluarga yang mengungsi. Mereka tak tahu lagi ke mana harus mengadu. Sebab,
masa depan mereka kini telah dibunuh oleh kebijakan penggusuran yang dilakukan
Gubernur Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. "Biarlah Tuhan yang membalas
kezaliman penguasa ini," ujar Jumiati.
ANALISIS
Seharusnya pemerintah provinsi DKI Jakarta merundingkan
terlebih dahulu kepada para nelayan untuk melakukan penggusuran agar tidak
merugikan siapapun dan yang lebih harusnya Pemprov DKI Jakarta mencari bukti
terlebih dahulu kalau ternyata bangunan atau rumah-rumah para nelayan itu
adalah bangunan illegal. Pastinya ada penghuni yang memiliki status kepemilikan
karena rumah (bangunan) tersebut sudah dibelinya sejak dulu, nah dari situ
pemerintah seharusnya bertindak secara adil dan tidak semena mena terhadap para
pemilik rumah yang memiliki status kepemelikan dan seharusnya pemerintah
memberikan ganti rugi terhadap para nelayan yang rumahnya di gusur.
Apabila Pemprov DKI Jakarta tidak bertindak secara paksa
menggusur bangunan itu pasti para Nelayan dan keluarga-keluarga lain tidak akan
tinggal di perahu dan bisa tinggal di tempat yang lebih layak. Seperti membuat
rumah susun untuk para nelayan yang rumahnya di gusur.
JANGAN PERNAH MEMBUAT ORANG LAIN SUSAH DEMI MEMBUAT
SESUATU YANG LEBIH BAGUS DAN JANGAN LAH MENGANGGAP ORANG KECIL PANTAS DI KASIH
SESUATU YANG KECIL.