2.2.A Produksi Film Digital
Dalam 20 atau lebih tahun terakhir, teknologi digital, teknik dan
estetika visual memiliki pengaruh yang besar pada semua tahap pembuatan film
dan proses distribusi.Digital cinema adalah di atas semua konsep, sebuah sistem
yang lengkap, meliputi seluruh rantai produksi film dari akuisisi dengan kamera
digital untuk pasca-produksi untuk distribusi ke pameran, semua dengan bit dan
byte bukan 35mm gulungan.
Sampai saat ini, proses pembuatan film yang sebenarnya dari sebuah
produksi film telah dilakukan menggunakantradisional 35mm atau 70mm film kamera
menggunakan tabung-tabung seluloid. Gambar kualitas yang dihasilkan oleh kamera
digital dirasakan secara signifikan lebih rendah dari film, sementara rekaman
film semakin diberikan ke dalam komputer untuk pascaproduksimanipulasi, proses
produksi itu sendiri tetap berbasis seluloid.
Digital film dimulai, dalam teori, pada akhir tahun 1980an, ketika Sony
datang dengan pemasaran konsep ‘sinematografi elektronik’. Inisiatif ini gagal
lepas landasdengan profesional dan publik sama, dan hanya pada akhir tahun
1990-an, dengan pengenalan perekam HDCAM dan penggantian nama dari proses
digital ke sinematografi, yang membuat film menggunakan kamera digital dan
peralatan terkait akhirnya mulai.
2.2.B Keunggulan dan Keindahan Film Digital
Lebih Komprehensif
Perbedaan paling utama dan mendasar adalah kemampuan media digital dalam
melaporkan peristiwa dengan lebih komprehensif pada pembaca/audiens. Sebuah
berita di era digital tak hanya terdiri dari teks dan foto, tapi juga tautan ke
semua peristiwa sebelumnya yang mengawali momen termutakhir dari berita
bersangkutan.
Lebih Otentik
Berita digital juga berpotensi lebih otentik, karena bisa menampilkan
realitas secara lebih utuh. Bisa ada video di halaman yang sama dengan teks dan
foto, sesuatu yang jelas menambah kredibilitas dan akurasi dari informasi yang
dimuat di sana.
Big Data
Media digital yang belum banyak digali adalah kemampuannya menampilkan
big data atau data besar. Semua angka-angka hasil survei kesehatan, survei
demografi, sensus, angka-angka hasil pemantauan bertahun-tahun, kini sudah
banyak tersedia sebagai data digital terbuka (open data) dan dengan mudah dapat
diakses di internet.
2.2.C Distribusi dan Pertunjukan Film Digital
Selama 2012 tercatat 46 film Indonesia beredar di bioskop dengan 7.952.203 penonton. Tahun 2008 infrastruktur distribusi relatif sama dengan saat ini.
Penyebab turunnya jumlah penonton pada 1990 dibanding 2012 sudah jelas, karena
sebagian besar bioskop “tradisional” dengan satu layar yang tersebar di berbagai
nusantara gulung tikar.
Hampir semua sinepleks milik jaringan 21/XXI, yang ditopang jaringan importir milik
sendiri, serta berada di malmal seputar Jabodetabek dan kotakota besar.
Jadi sebagian besar penduduk Indonesia telah kehilangan akses menonton film di
bioskop.
Saat ini ada 152 sinepleks dengan 672 layar, yang berarti bertambah banyak dibanding
setahun lalu (139 sinepleks dengan 619 layar).
Meskipun begitu, masa tayang film Indonesia justru menjadi semakin singkat, dari rata-rata delapan minggu tahun lalu menjadi
Meskipun begitu, masa tayang film Indonesia justru menjadi semakin singkat, dari rata-rata delapan minggu tahun lalu menjadi
rata-rata enam minggu. Hal itu disebabkan film impor yang beredar semakin banyak,
bukan hanya jumlah judulnya tetapi juga banyaknya layar menayangkan.
Film-film besar Hollywood kini diimpor PT Omega Film yang masih berkaitan dengan
importir lama milik jaringan 21/XXI yang dilarang beroperasi oleh menteri Keuangan
tahun lalu (PT Camila Internusa dan PT Satrya Perkasa Esthetika) bisa diputar serentak di lebih dari 150 atau bahkan hampir 200 layar.
tahun lalu (PT Camila Internusa dan PT Satrya Perkasa Esthetika) bisa diputar serentak di lebih dari 150 atau bahkan hampir 200 layar.
Referensi :
0 komentar:
Posting Komentar